Arema dan Aremania, Singo Edan dari Stadion Kanjuruhan Malang, Loyalitas Tanpa Batas dalam Salam Satu Jiwa Aremania Aremanita.

Legenda Arema


Kuli Tinta Arema


Kisah Aremanita

Topics :

Aksi Damai Aremania-Tretan Mania


Sempat dilarang datang ke Bhumi Arema oleh aparat keamanan, akhirnya rombongan Tretan Mania datang juga kemarin (Rabu, 10.04.2013). Kedatangan kelompok suporter Persepam Madura United itu tentu saja disambut dengan hangat oleh Aremania. Sebagai pembuktian predikat tuan rumah yang baik Aremania berusaha menjamu sang tamu seramah mungkin, mengingat eratnya hubungan antar keduanya selama ini.

Yak, Aremania emang gak punya riwayat buruk dengan suporter asal pulau garam tersebut. Track record itulah yang akhirnya meluluhkan hati aparat keamanan yang akhirnya mengizinkan Tretan Mania ngluruk Kanjuruhan Stadium. Syaratnya si tamu harus bisa menjaga sportifitas dan menjunjung tinggi nilai fair play dalam laga away di kandhang Arema.



Salah satu bentuk jamuan kecil Aremania atas tamunya Tretan Mania itu adalah ketika sebelom laga digelar, 2 perwakilan masing-masing kelompok suporter saling berjabat tangan di depan bench pemain. Setelah itu kedua belah pihak saling bertukar atribut, syal dan kaos kebanggaan masing-masing.

Menempati tribun tamu, yaitu tribun 13-14 Tretan Mania pun sukses bergoyang dan bernyanyi bersama-sama nawak-nawak Aremania. Pemandangan ini seolah mengulang kenangan manis saat laga pra-musim Oktober tahun lalu. Kala itu Persepam menyerah 3 gol tanpa balas.

Andai semua kelompok suporter bisa saling berdampingan di atas tribun, tentu akan jadi sebuah pemandangan yang sangat menyejukkan jiwa.

Kisah Aremania di Kuningan


Siapa bilang Aremania gak ada di Mashud Wisnusaputra Stadium Minggu kemaren?? Sesuai slogan Arema gak ke mana-mana tapi ada di mana-mana, Aremania pun turut jadi saksi skuad Ongis Nade membantai Persita di kandhangnya sendiri. Ada Aremania Cirebon, Aremania Bandung dan daerah lainnya yang jauh-jauh datang ke stadion yang terletak di Kabupaten Kuningan tersebut, meski secara resmi Panpel gak memberikan quota kepada Aremania. Berikut kisah nawak-nawak Aremania selama berada di Kuningan.

Perjalanan Aremania dari Bandung

Pukul 09.00 WIB kami yang berjumlah lima orang (dua diantaranya dari Jakarta) janjian di Terminal Cicaheum Bandung. Sedianya kami akan menaiki Damri jurusan Bandung Kuningan, tapi karena minim informasi, kami ketinggalan Damri. Jadwal keberangkatan selanjutnya adalah pukul 11.30 WIB, mengingat perkiraan perjalanan 4-5 jam, dan jadwal pertandingan pukul 15.30 WIB, kami memilih moda transportasi lain.

Selama beberapa waktu kami mondar-mandir di terminal, sempat menaiki Bus Jurusan Bandung Cirebon yang sedang parkir menunggu penumpang, dengan maksud estafet ke Kota perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah tersebut lalu ke Kuningan, namun kami taurun lagi karena perhitungan waktu perjalanan Bandung Cirebon Kuningan yang kami rasa lebih lama.


Akhirnya kami memutuskan mencarter Carry, walaupun biaya keberangkatan membengkak tiga kali lipat dibandingkan dengan ongkos Damri, opsi terakhir ini adalah yang terabaik, kami berharap dapat sampai di Kuningan tepat waktu sebelum pertandingan mulai.

Kami berangka pukul 10.00 WIB, kondisi jalanan Kota Bandung di Hari Minggu yang macet, membuat kami sempat frustasi. Kontak dilakukan dengan Aremania Cianjur yang sudah berangkat hari sebelumnya, juga dengan Aremania Cirebon yang kami dapuk sebagai tuan rumah karena mengurusi pemesanan tiket dan lebih mengerti situasi di Kuningan. Tiket didapat dari panpel Persita.

Sopir mobil yang kami carter sempat berhenti beberapa kali, menanyakan jalur menuju Kuningan kepada warga sekitar, karena jalur yang kami tempuh bukan jalur yang dilalui sebagaimana kendaraan umumnya, semacam potong kompas kami melewati daerah Majalengka, suasananya mirip jalur di Batu, jalur pegunungan. Sempat ragu apakah kami bisa sampai tepat waktu. Pasrah.

Aremania Casual

Rupanya keberuntungan ada di pihak kami. Tepat tiga puluh menit sebelum kick off, kami sampai di lokasi yang berada di Jl. Siliwangi, daerah pusat kota Kuningan. Seperti kami duga, suasana di sekitar stadion membiru, bukan biru Aremania tentunya, biru yang lain.

Di depan pintu 2, kami bertemu dengan Sam Amyyn, Aremania Cirebon, membagikan tiket masuk. Selanjutnya dengan susah payah kami mencari tempat duduk di Tribun VIP yang sudah penuh sesak oleh penonton. Kami pun menyebar di beberapa titik.

Tanpa atribut, casual! Itu yang membuat keberadaan kami awalnya tidak begitu mencolok di antara penikmat sepakbola warga Kuningan yang memenuhi Tribun VIP. Berbeda dengan Viola, suporter Persita yang beratribut ungu, dan kelompok suporter lain yang kehadirannya begitu dominan walaupun klub yang didukung tidak bertanding. Namun ketika MC membacakan starter line up Arema Indonesia, suasana Tribun VIP bergemuruh. Dari situ kami merasa cukup aman dan bebas berkespresi ketika pemain Arema Indonesia melakukan serangan. Terlebih ketika El Loco Gonzales mencetak satu angka. Kami puas, bisa berteriak dan memberi selamat kepada Aremania yang lain.


Tidak beratribut lengkap kami piker adalah pilihan yang tepat, sebagai jalan tengah antara keinginan kami hadir langsung di stadion, juga demi menjaga kondusivitas. Seperati kita ketahui Kuningan adalah wilayah Jawa Barat bagian timur. Disisi lain hubungan Aremania dengan suporter Jawa Barat yang sempat merenggang, belum dapat dikatakan normal seperti sedia kala, walaupun sebagian dari kedua belah pihak tidak berhenti melakukan upaya harmonisasi hubungan. Kami menghormati proses itu, dengan tidak memaksakan diri berbiru-biru di Kuningan.
Aremanita Asli Cirebon Bersyal Forza Arema

Ada yang mengusik pandangan kami, salah satu penonton perempuan yang duduk lebih atas dari kami mengenakan kemeja, berkaca mata hitam dengan rambut dikuncir, di lehernya tergantung syal yang tidak asing bagi kami, dari desainnya bisa dipastikan tulisan FORZA AREMA. Ketika pemain turun minum, sebagian dari kami mendekati penonton perempuan tersebut. Aremanita asli Cirebon, itu identitas yang kami dapat. Sayangnya, kami tidak dapat mendokumentasikan Aremanita yang menurut kami sinam itu.

Tepat sebelum perpanjangan waktu babak kedua, kami berbaur dengan sebagian penonton yang mulai beranjak meninggalkan tempat duduk lebih awal. Sebagian dari kami merasakan suasana yang mulai mengarah ke hal yang tidak kondusif. Kami memilih mencari aman dan demi keselamatan bersama.

Sambil hujan-hujanan, kami menuju salah satu Toserba yang digunakan untuk tempat berkumpul sebelum pertandingan yang berjarak kurang lebih 200 meter dari stadion. Ternyata salah satu rombongan, Sam Anaz, terpisah dan tidak dapat dihubungi. Cukup was-was juga sebenarnya, namun setelah sebagian dari kami kembali dan menjemput, syukurlah rekan kami tersebut dapat bergabung kembali, tanpa kurang suatu apapun. Terdapat lebih dari 20 Aremania yang berkumpul.
Perkenalkan, Aremania Cirebon!

Perjalanan selanjutnya menuju Cirebon, dengan menyewa angkot ditempuh sekitar 30 menit. Di Cirebon kami makan di salah satu warteg. Guyonan pun kembali mengalir mengingat kejadian-kejadian yang kami alami di stadion. Sambil menunggu bus jurusan masing-masing, kami nongkrong di pinggir jalan.

Kami sempat membahas salah satu page komunitas Aremania di Facebook yang membuat postingan jumlah Aremania yang hadir di Stadion Mashud Wisnusaputra mencapai 300 orang. Menurut perhitungan kami, jumlahnya tidak lebih dari itu, walaupun mungkin ada yang tidak berkoordinasi dengan rombongan kami.

Kami juga terusik dengan berita yang menyatakan bahwa Aremania menyamar menjadi suporter Viola. Bagi kami, tidak ada kebanggaan yang lebih besar selain menjadi Aremania, ketika tidak beratribut sekalipun. Pantang bagi kami menyaru sebagai suporter lain demi bisa masuk ke stadion. Sepertinya menjadi casual lebih elegan!

Mungkin yang ke lapangan menyerbu pemain Arema adalah memang suporter Viola atau Warga Kuningan yang mengidolakan pemain, apalagi terdapat pemain Timnas yang berlaga sore itu. Laga usiran Persita tersebut menjadi keuntungan tersendiri bagi Warga Kuningan yang mungkin haus akan tontonan sepakbola lokal berkualitas di kotanya. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme mereka memenuhi tribun di stadion, tidak hanya laki-laki, ibu-ibu, anak-anak, dan perempuan muda menyaksikan pertandingan langsung.

Hikmah digelarnya laga kandang Arema di Kuningan adalah kami bisa bersilaturahmi dengan Aremania Cirebon (bersebelahan dengan Kuningan). Walau jumlahnya belum banyak, di Cirebon ada Aremania. Bahkan penggiatnya bukan berdarah Kera Ngalam! Sebagian dari mereka pun belum umrah ke Kanjuruhan. Spesial kami ucapkan terima kasih kepada mereka, Aremania Cirebon yang telah mengusahakan tiket dengan susah payah, mulai menghubungi Media Officer Sam Sudarmaji, hingga Panpel Persita. Selain itu akomodasi Kuningan Cirebon, disediakan mereka, juga jamuan makan malam di warteg disponsori mereka pula. Lebih dari itu, sambutan dan antusiasme yang luar biasa membuat kami sebenarnya ingin berlama-lama di Cirebon. Namun karena terbatasnya waktu dan aktivitas yang menunggu keesokan harinya, membuat kami malam itu satu persatu menuju tempat masing-masing.

Satu hari bersama Aremania Cirebon, Aremania Indramayu, Aremania Tumpang Ngalam, Aremania Tegal, Aremania Bandung, Aremania Cianjur, Aremania Depok, Aremania Batavia, Aremania Cilegon, dan Warkop Aremania di Stadion Mashud Wisnusaputra Kuningan dan Cirebon yang penuh cerita, persaudaraan, solidaritas, dan loyalitas. Di Jawa Barat pun kami bisa loyal. Nuwus, umak hebak mbois pol.

By : Marlita Giofenni (Aremanita Bandung)

Kisah Aremania di Kuningan 
 
BACK TO AKSI TRIBUN AREMANIA 
AREMA FC